Sabtu, 30 April 2011

PERKENANKAN AKU MENCINTAIMU SEMAMPUKU...

Aku masih ingat, saat pertama dulu aku belajar mencintai-Mu…
Lembar demi lembar kitab kupelajari…
Untai demi untai kata para ustadz kuresapi…
tentang cinta para Nabi
tentang kasih para Sahabat
tentang mahabbah para Sufi
tentang kerinduan para Syuhada
lalu kutanam di jiwa dalam-dalam
Ku tumbuhkan dalam mimpi-mimpi dan idealisme yang mengawang di awan…

Tapi Rabbii,
Berbilang detik, menit, jam, hari, pekan, bulan dan kemudian tahun berlalu…
Aku berusaha mencintai-Mu dengan cinta yang paling utama,
Namun…
Aku masih juga tak menemukan cinta tertinggi untuk-Mu…
Aku makin merasakan gelisahku membadai…
dalam cita yang mengawang
Sedang kakiku mengambang, tiada menjejak bumi…
Hingga aku terhempas dalam jurang
dan kegelapan…

Wahai Ilahi,
Berbilang detik, menit, jam, hari, pekan, bulan dan tahun berlalu…
Aku mencoba merangkak, menggapai permukaan bumi dan menegakkan jiwaku kembali
Menatap, memohon dan menghiba-Mu:

Allahu Rahiim, Ilaahi Rabbii,
Perkenankanlah aku mencintai-Mu,
Semampuku

Allahu Rahmaan, Ilaahi Rabii
Perkenankanlah aku mencintaiMu
Sebisaku
Dengan segala kelemahanku

Ilaahi,
Aku tak sanggup mencintai-Mu
Dengan kesabaran menanggung derita
Umpama Nabi Ayyub, Musa, Isa hingga Al musthafa
Karena itu izinkan aku mencintai-Mu
Melalui keluh kesah pengaduanku pada-Mu
Atas derita batin dan jasadku
Atas sakit dan ketakutanku

Rabbii,
Aku tak sanggup mencintai-Mu seperti Abu bakar, yang menyedekahkan seluruh hartanya dan hanya meninggalkan Engkau dan Rasul-Mu bagi diri dan keluarga.
atau layaknya Umar yang menyerahkan separuh harta demi jihad.
atau Utsman yang menyerahkan 1000 ekor kuda untuk syiarkan dien-Mu.
Izinkan aku mencintai-Mu, melalui seratus-dua ratus perak yang terulur pada tangan-tangan kecil di perempatan jalan, pada wanita-wanita tua yang menadahkan tangan di pojok-pojok jembatan.
pada makanan–makanan sederhana yang terkirim ke handai taulan.

Ilaahi,
aku tak sanggup mencintai-Mu dengan khusyuknya shalat salah seorang shahabat Nabi-Mu hingga tiada terasa anak panah musuh terhunjam di kakinya.
Karena itu Ya Allah, perkenankanlah aku tertatih menggapai cinta-Mu, dalam shalat yang coba Ku dirikan terbata-bata, meski ingatan kadang melayang ke berbagai permasalahan dunia.

Robbii,
Aku tak dapat beribadah ala para sufi dan rahib, yang membaktikan seluruh malamnya untuk bercinta dengan-Mu. Maka izinkanlah aku untuk mencintai-Mu dalam satu-dua raka’at lailku.

dalam satu dua sunnah nafilah-Mu.
dalam desah napas kepasrahan tidurku.

Yaa, Rahmaan,
Aku tak sanggup mencintai-Mu bagai para al hafidz dan hafidzah, yang menuntaskan kalam-Mu dalam satu putaran malam.
Perkenankanlah aku mencintai-Mu, melalui selembar dua lembar tilawah harianku.
Lewat lantunan seayat dua ayat hafalanku.

Yaa, Rahiim
Aku tak sanggup mencintai-Mu semisal Sumayyah, yang mempersembahkan jiwa demi tegaknya DienMu.
seandai para syuhada, yang menjual dirinya dalam jihadnya bagi-Mu.
Maka perkenankanlah aku mencintai-Mu dengan mempersembahkan sedikit bakti dan pengorbanan untuk dakwah-Mu.
Maka izinkanlah aku mencintai-Mu dengan sedikit pengajaran bagi tumbuhnya generasi baru.

Allahu Kariim,
Aku tak sanggup mencintai-Mu di atas segalanya, bagai Ibrahim yang rela tinggalkan putra dan zaujahnya, dan patuh mengorbankan pemuda biji matanya.
Maka izinkanlah aku mencintai-Mu di dalam segalanya.
Izinkan aku mencintai-Mu dengan mencintai keluargaku, dengan mencintai sahabat-sahabatku, dengan mencintai manusia dan alam semesta.

Allaahu Rahmaanurrahiim, Ilaahi Rabbii
Perkenankanlah aku mencintai-Mu semampuku.
Agar cinta itu mengalun dalam jiwa.
Agar cinta ini mengalir di sepanjang nadiku….



______________________________
Yang senantiasa merindukan cinta-Mu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar