Jumat, 29 April 2011

Kebohongan Dan Kebahagiaan

Bohong itu dosa. Setiap orang tentunya sudah memahami bahwa perkataan yang tidak jujur itu menimbulkan dosa. Dan setiap perbuatan dosa, walaupun hanya seberat biji sawi, pasti akan mendapatkan balasan yang setimpal. Sebagian besar manusia yang hidup di dunia ini pernah berbohong. Minimal membohongi diri sendiri.Lalu timbullah pertanyaan dalam benak kita. Apakah kejujuran itu selalu baik? Apakah dengan selalu berkata jujur, lantas kita akan mendapatkan kebahagiaan seumur hidup? Apakah kejujuran akan menjamin terciptanya kehidupan yang aman, tenteram, dan saling menghormati antara sesama manusia? belum tentu. 
Untuk membuat orang lain bahagia, terkadang kita harus membohongi mereka. Untuk membuat diri sendiri bahagia, terkadang kita mengingkari kenyataan yang ada. Ironis memang. Terlebih lagi pada zaman sekarang yang serba digital dan serba cepat ini, kebohongan menjelma menjadi berbagai macam bentuk yang belum pernah terpikirkan sebelumnya. Kebohongan ada di sekitar kita, entah kita menyadarinya atau tidak. Contoh yang paling simpel, silakan anda menonton TV di rumah masing-masing. Berapa banyak tayangan yang berisi kejujuran? Dan berapa banyak tayangan yang isinya penuh dengan kebohongan?
 
Untuk membenarkan satu kebohongan, kita harus menciptakan kebohongan-kebohongan yang lain. Untuk membenarkan kebohongan-kebohongan yang lain, kita membuat kebohongan-kebohongan baru. Demikian seterusnya, sampai kita sendiri bingung mana yang asli dan mana yang bohongan. Mungkin orang-orang yang bertugas sebagai pengadil, enggan untuk mengusut tuntas kebohongan-kebohongan yang rumit. Tapi Tuhan tidak. Tuhan mengetahui segalanya. Dari kebohongan kecil hingga kebohongan besar. Dan Dia-lah yang akan memberi balasan kepada kita atas kebohongan-kebohongan yang telah kita perbuat.Ada orang-orang yang gampang dibohongi, ada juga yang sulit. Ada orang-orang yang sering membohongi, ada juga yang jarang. Kebohongan yang “kasar” bisa kita kenali dengan mudah. Tapi kebohongan yang “halus”, yang hampir menyerupai kejujuran, cukup sulit untuk diidentifikasi. Kebohongan pun ada yang terasa manis sehingga kita ketagihan untuk terus dibohongi. Yang terakhir ini biasanya dialami kaum wanita, yang selalu menjadi korban kebohongan kaum pria.
Jika kita pernah dibohongi, apa yang kita rasakan setelah kebohongan itu ketahuan? Sedih, kecewa, marah, menyesal? Atau menertawakan diri sendiri karena begitu mudahnya dibohongi?
  • Bagaimana rasanya ketika mengetahui bahwa kita dibohongi oleh orang yang sangat kita sayangi?
  • Bagaimana rasanya ketika mengetahui bahwa kita dibohongi oleh orang yang sangat bisa dipercaya?
  • Bagaimana rasanya ketika mengetahui bahwa sesuatu yang kita percayai selama hidup ternyata bohong belaka?
Yang bisa kita lakukan hanyalah menyadari kebohongan itu sebelum semuanya terlambat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar