Minggu, 03 Juli 2011

Perspektif Islam Terhadap Ilmu Kedokteran

”Islam banyak memberi kontribusi pada pengembangan ilmu kedokteran,”
(Ezzat Abouleish)
Islam sebagai sebuah agama tentu saja bersifat kompleks, mengajarkan semua aspek ilmu yang melingkupi kehidupan manusia baik yang berkaitan dengan pertahanan negara, hubungan antar manusia, ekonomi, bahkan ilmu kedokteran sekalipun, untuk dapat diaplikasikan manusia sebagai salah satu bentuk pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Menciptakan.
A. Pandangan Islam terhadap Ilmu Pengetahuan
Islam adalah agama yang menjunjung tinggi ilmu pengetahuan. Hal ini salah satunya dapat dilihat dari Al-Qur’an—kitab suci agama Islam yang merupakan bimbingan Allah SWT kepada manusia untuk mencapai kesempurnaan, menuju pada Dzat Yang Maha Sempurna. Seruan terbanyak Allah SWT dalam Al-Qur’an adalah seruan kepada manusia agar berfikir, menalari alam sekelilingnya. Berulang kali disebutkan tentang perintah-perintah untuk menggunakan akal untuk berfikir—yang dari aktivitas itu, ilmu pengetahuan akan tersampai kepadanya.
Perhatikanlah ayat berikut ini:
Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah SWT) bagi kaum yang berfikir.
(QS. Al-Jaatsiyah: 13)
Ayat tersebut merupakan salah satu dari sekian banyak ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang keutamaan kaum berfikir. Dan dengan mudah, saat manusia mentadaburi Al-Qur’an akan banyak manusia temukan ayat-ayat tersebut yang baik tersurat maupun tersirat meminta manusia untuk menggunakan akal fikirannya.
Banyak tokoh-tokoh besar pemikir Islam yang terkemuka di dunia, misalnya Ali Syariati; tokoh besar Revolusi di Iran, Ibnu Sina (Avicenna); seorang dokter terkemuka baik di lingkup Islam maupun dunia secara umum dengan berbagai kaaryanya, Cak Nur dengan yang menyumbangkan hasil pemikirannya untuk lebih mengenal Tuhan dan mendidik masyarakat untuk bisa hidup di tengah keragaman, Abdus Salam, seorang fisikawan muslim asal Pakistan yang berhasil mendapatkan penghargaan Nobel di bidang fisika pada tahun 1979. Lalu, sosok yang lain, Ahmadinejad—Pesiden Iran yang sekarang ini ditentang oleh Amerika Serikat karena keberaniannnya hendak mengaplikasikan teknologi nuklir di negeri Iran—pun adalah sosok pemikir Islam. Dengan ilmu pengetahuan yang mereka miliki, mereka tidak sekedar berarti bagi kehidupannya sendiri, tapi lebih dari itu mereka menjadi agent of change bagi masyarakat menuju kehidupan yang lebih baik. Mereka adalah imdadh mustadh’afin yang sudah sepantasnya diteladani.
B. Kedokteran sebagai Salah Satu Ilmu Ajaran Islam
Allah SWT adalah Tuhan yang Maha adil. Sebagai salah satu bentuk konsekuensi logis dari keadilan Allah SWT ini, Allah SWT menciptakan segala sesuatu dengan berpasang-pasangan. Malam diciptakan berpasangan dengan penciptaan siang, laki-laki diciptakan berpasangan dengan penciptaan perempuan. Lalu, ketika Allah menciptakan muda, Allah pun juga menciptakan tua. Nah, bagaimana dengan kondisi sakit manusia? Sebagaimana disebutkan di awal, Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha Adil sehingga tidak mungkin Allah SWT menciptakan keadaan sakit tanpa memberikan keadaan sehat maupun usaha-usaha penyembuhan—untuk meraih kesehatan itu
Kesehatan adalah anugerah Allah SWT yang sangat penting untuk perjalanan hidup manusia. Tanpa kesehatan, manusia tidak akan dapat melakukan segala sesuatu dengan optimal. Bayangkan saja, pelari maraton yang sepintas tampak hebat itu, dalam sekejap ia akan kehilangan kekuatannya ketika ia mengalami fraktur tulang. Seorang pemain piano, mungkin akan kehilangan kepiawaiannya dalam bermain piano ketika jari-jarinya kaku untuk digerakkan. Bahkan seorang Fir’aun yang mengaku sebagai tuhan pun, bisa kehilangan segalanya ketika respirasinya terganggu saat ia tenggelam di Laut Merah. Dan oleh karena betapa pentingnya kesehatan itu, ilmu kedokteran menjadi ilmu yang aplikasinya tidak mungkin lepas dari kehidupan manusia sampai kapanpun, sehingga mempelajarinya adalah satu aktivitas mulia yang diakui semua pihak, terlebih Islam.
Apa bukti bahwa Islam mengajarkan ilmu kedokteran?
Dari beberapa penelitian modern, diketahui bahwa madu memiliki nilai gizi yang baik untuk kesehatan. Khasiat madu sangat berkaitan dengan kandungan gulanya yang tinggi, yakni fruktosa, glukosa,dan sukrosa. Sementara kandungan asam aminonya cukup beragam, baik asam amino essensial maupun non essensial, dan unsur kandungan lainnya, seperti enzim pencernaan, vitamin yang terdapat dalam madu yang beragam yakni vitamin B1, B2, B3, B6, dan vitamin C. Di samping itu, mineral yang terdapat dalam madu juga merupakan sumber ideal bagi tubuh manusia karena proporsi dan jumlah mineral madu mendekati kadar mineral yang dalam darah manusia. Diketahui pula, madu mengandung zat antibiotik dan dapat digunakan sebagai desinfektan ringan.
Ulasan tersebut ternyata sesuai dengan firman Allah SWT dalam QS. An-Nahl: 69. Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa madu adalah minuman yang mengandung berbacam-macam obat. Padahal sebagaimana diketahui Al-Qur’an lebih dahulu ada dari pada hasil penelitian seperti yang telah diulas di atas.
”Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan. (QS. An-Nahl: 69)
Sementara di permasalahan yang lain, dalam QS. Al-Qiyaamah: 3-4 Allah SWT berfirman bahwa Dia tidak saja dapat mengumpulkan tulang-tulang kita, tapi dia juga dapat menyusun kembali jari-jari kita. Mengapa Al-Qur’an ketika berbicara tentang tulang belulang juga berbicara tentang jari-jemari?
Setelah ditelusuri lebih lanjut, ternyata sejak Sir Francis Golt berhasil melakukan penelitiannya tentang sidik jari manusia, pada tahun 1880 sidik jari diakui menjadi alat identifikasi manusia dalam banyak hal, misalnya untuk kasus penegakan hukum. Setiap manusia memiliki keunikan sidik jari yang tidak dimiliki manusia lainnya. Namun, adakah manusia yang tahu tentang hal itu melebihi sebelum Allah SWT menyampaikan firman-Nya yang turun sekitar 1400 tahun yang lalu? Penelitian pertama tentang hal itu saja baru dilakukan oleh Sir Francis Golt dan diakui pada tahun 1880. Jadi, dapat dikatakan Allah SWT-lah, melalui Al-Qur’an, yang pertama kali Bicara tentang hal itu. Jelas saja, Dia adalah Pencipta sidik jari.
Berkenaan dengan penciptaan manusia, Allah berfirman bahwa manusia tercipta dari air, sebagaimana yang tersurat disampaikan-Nya pad QS. Furqon: 54 sebagai berikut:
”Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air lalu dia jadikan manusia itu (punya) keturunan dan mushaharah dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa.”
Ayat al-Qur’an tersebut ternyata sejalan dengan hasil penelitian Masaru Emotto, salah satu ilmuan Jepang. Berdasar penelitiannya, diketahui bahwa 80 % unsur manusia terdiri dari air.
Dalam penelitian ini pula, Masaru Emotto mengamati bentuk-bentuk kristal molekul air ketika ditempatkan pada kedua hal, yakni hal positif dan negatif, misalnya dalam hal ucapan. Dari hasil penelitiannya, diketahui bahwa molekul air akan menunjukkan berbagai bentuk kristal yang sangat indah ketika diucapkan di dekatnya kata-kata positif, misalnya do’a, ucapan terima kasih, ucapan ”kamu baik”, dan ucapan positif lainnya. Berlawanan dari hal itu, bentuk kristal air tampak hancur ketika di samping air, diberikan hal-hal negatif seperti ucapan ”kamu bodoh”, ”kamu jelek”, dan lain sebagainya.
Sejalan dengan hal itu, lebih dulu Allah mengajarkan manusia—makhluk yang 80 % unsurnya berupa air—kemuliaan, seperti yang disampaikan-Nya dalam QS. Faathir: 10 bahwa, ”Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya. Kepada-Nya-lah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya. Dan orang-orang yang merencanakan kejahatan bagi mereka azab yang keras. Dan rencana jahat mereka akan hancur.”
Beberapa ayat di atas hanyalah sebagian dari banyak ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang ilmu kedokteran. Banyak firman Allah yang lain yang menjelaskan tentang hal itu, misalnya ilmu reproduksi (QS. Al-Mu’minun:12-14), indera penglihatan (QS. An-Nur: 44), gizi dan makanan (QS. Al-Baqarah: 173), dan lain sebagainya baik aayat-ayat di dalam Al-Qur’an ataupun yang ada di alam .
Rosulullah, sebagai seorang utusan Allah pun, pernah mengajari ummatnya agar makan dengan tangan. Setelah diteliti lebih mendalam, ternyata di sela-sela jari manusia terkandung enzim-enzim pencernaan yang mendorong positif sistem digesti manusia.
Dalam dunia kedokteran dikenal tokoh-tokoh besar seperti Avicena (Ibnu Sina), Al-Razi, Al-Zahrawi, Ibnu-Rushd, Ibn-Al-Nafis, dan Ibn-Maimon. Mereka adalah sebagian dari dokter-dokter muslim yang berhasil membawa kedokteran Islam lebih dikenal dunia. Karya Ibnu Sina yang berjudul Qanun Fi Al-Tibb atau Canon of Medicine menjadi ensiklopedia kesehatan dan kedokteran yang berisi satu juta kata. Sampai saat ini, kitab itu masih tersimpan di Oxford University Eropa. Al- Kulliyat fi Al-Tibb’ (Colliyet)—karya Ibnu Rushd—merupakan rangkuman ilmu kedokteran. Sementara buku lainnyaa, ‘Al-Taisir’, mengupas praktik-praktik kedokteran.
Adakah kita tahu orang pertama yang menggambarkan anatomi mata dengan sangat sangat mendetail? Ibnu Alkhaisan, salah seorang ilmuan muslim dengan penelitiannya yang diakui dalam bidang lensa, menemukan kamera, dan menggambarkan secara mendetail anatomi mata.
Selain itu, pada tahun 1154 M, dinyatakan bahwa dokter muslim telah mengajarkan anatomi tubuh, sistema transportasi dalam tubuh manusia, ilmu bedah, jauh sebelum dokter Eropa menemukannya. Sementara pada tahun 427 H, Azzohrowi menemukan peralatan bedah manusia. Dan sejak abad ke 15, warisan ilmu pengetahuan Islam menjadi referensi-referensi penting bagi perkembangan ilmu pengetahuan di Eropa.
Sebenarnya, selama manusia mau berfikir, ia akan menemukan banyak ayat Tuhan di alam semesta ini mampu menjelaskan betapa besar peran Islam dalam ilmu kedokteran, tinggal bagaimana selanjutnya ilmu itu diaplikasikan. Dokter adalah imdadh mustadh’afin bagi kesejahteraan manusia. Dan oleh karena itu, sudah sepantasnya ia memperjuangkan misi-misi kemanusiaan seperti pelayanan kesehatan yang adil untuk semua kalangan, mengkritisi kebijakan-kebijakan pemerintah berkenaan dengan pelayanan kesehatan, dan bentuk kegiatan sosial lainnya. Semua itu dimaksudkan untuk menuju pada kesempurnaan, dimana Kesempurnaan Hakiki-nya sendiri dimiliki oleh Allah SWT SWT, Sang Maha Dokter semesta alam. []

Tidak ada komentar:

Posting Komentar