Agung Tua menjadi Ramau Ratu dalam daerah Sungai Pepinau dan Sungai Deras menggantikan ayahnya yaitu Remindang Sakti sekitar tahun 1365 masehi. Agung Tua mempunyai 3 orang anak, yang pertama bernama Raja Pengantin, kedua bernama Putri Rambut Mas, ketiga Putri Hilang Melayang. Agung Tua ialah Raja yang sakti dan gerot luar biasa. Semua keriau serta para hulubalang dan orang-orang yang gerot dibawah pemerintahannya takut dengan beliau. Takut kepadanya ialah takut karena budi pekerti seorang raja yang halus, ia juga memiliki paras yang tampan. Di dalam lingkungan daerah sungai Pepinau dan Sungai Deras masih banyak lagi dusun-dusun orang Runjang di tengah rimba belantara yang belum diusir. Beliau memerintahkan para hulubalangnya agar bagaimana caranya dan akalnya agar orang-orang Runjang itu dapat menyerah sendiri dengan tidak ada pembunuhan, terkecuali mereka betul melawan dan tidak mau menyerah maka gempurlah habis-habisan. Tetapi lebih baik dengan cara bijaksana untuk memikatnya, untuk mencari persatuan tidak lain kamu bawa bujang-bujang kita dan tanyakan anak gadisnya dan terus kawinkan dengannya secara baik-baik, kalau dia tidak mau bujang-bujang yang kamu bawa itu supaya suruh mereka kembali dan perangi mereka itu. Dengan menuruti perintah Ramau Ratu Agung Tua maka para hulubalang dan orang yang gerot pergilah menjalankan taktiknya ke dusun orang Runjang, bagaimana akal untuk masuk ke dusun-dusun orang Runjang itu. Perintah kalau perlu bila ia melawan dibunuh mati. Lama kelamaan bersihlah yang dinamakan orang Runjang dalam daerah Sungai Pepinau dan Sungai Manna atau Sungai Deras. Pada zaman itu dusun-dusun boleh dikatakan tidak ada yang jauh dari tepi sungai. Akan tetapi sungguhpun musuh-musuh di dalam telah bersih, musuh-musuh dari luar ada juga yang masuk. Mereka bermaksud mengalahkan dusun-dusun yang ada di sepanjang Sungai Pepinau dan Sungai Deras. Karena Agung Tua adalah orang yang sakti dan keramat, dimana-mana dusun yang akan didatangi musuh beliau telah mengetahui dan beliau utus orang dusun Kutau Johor untuk memanggili para hulubalang dan memberitahukan tentang dusun yang akan dimasuki musuh itu, agar mereka bersiap perkakas atau senjata mereka untuk bertempur. Begitulah cara beliau dalam menjaga wilayah kekuasaannya. Ada juga orang-orang yang gerot pergi berperang ke daerah luar seperti ke Kisam Tinggi, ke Talang Nangka Ketahun dan lain-lain sebagainya untuk mencarikan jodoh anaknya. Begitulah caranya untuk meramaikan dusun, kadang-kadang ada yang gugur tetapi banyak pula yang membawa tawanan. Dalam mencari jodoh telah diatur pada zaman itu bahwa tidak boleh mencari jodoh di dalam daerah sendiri. Setelah beberapa lamanya beliau memerintah kerajaan Sungai Pepinau dan Sungai Deras, putera beliau yaitu Raja Pengantin telah dewasa. Zaman itu dewasa sekurang-kurangnya berumur 35 tahun. Kebanyakan orang berumur 150 tahun, dan memegang kerajaan ada yang sampai 100 tahun. Artinya dari usia muda sampai sangat tua. Pada suatu hari Raja Pengantin dipanggil oleh ayahnya.
Saat mereka berhadapan Agung Tua berkata kepada anaknya : “hai anakku, engkau telah dewasa, sudah sepatutnya engkau mencari jodoh, apalagi aku sudah tua dan telah lemah dalam segalanya baik tenaga maupun pikiran. Sudah sepantasnya engkau menggantikan aku memerintah dalam daerah kerajaan kita ini. Bagaimanalah kalau sekiranya anakku kucarikan jodoh atau bakal teman hidupmu, apakah dapat engkau terima? Seperti aku yang dicarikan jodoh oleh nenekmu ialah dari Kutau Demak.”
Raja Pengantin menjawab : “wahai bapakku, kalau sesorang telah dewasa dan dia telah mau beristeri maka ia musti mencarinya sendiri. Kalau dicarikan orang lain bukannya laki-laki. Jadi tentang bapak menyuruh aku beristeri. Biarlah aku mencarinya sendiri. Aku mesti perlihatkan jantannya sesorang itu, apalagi aku akan menggantikan bapak menjadi raja.”
Ramau Ratu Agung Tua menjawab : “Kalau begitu pendapatmu maka baiklah, aku akan panggil para hulubalang dan orang-orang yang gerot dating kesini untuk menemanimu. Bawalah mereka kemana yang engkau mau.”
Setelah tiba waktunya semua yang diutus hadir dan terus duduk di balairung.
Lalu Ramau Ratu Agung Tua berkata dalam musyawarah itu : “hai kawan-kawanku, aku memanggil kamu sekalian kesini tidak lain ialah akan bermusyawarah perihal anak kita Raja Pengantin. Ia aku suruh untuk mencari teman hidup karena aku sudah tua. Sesungguhnya aku sudah menawarkan kepadanya bahwa aku akan mencarikan jodoh untuknya, tetapi ia tidak mau, ia ingin mencari jodohnya sendiri karena menurutnya seorang pemuda yang dicarikan jodohnya oleh orang lain bukanlah laki-laki. Karena penjelasan dari Raja Pengantin inilah maka aku memanggil semua sanak familiku untuk datang kesini. Aku meminta fatwah dan buah fikiran dari kamu sekalian atau bagaimana baiknya, aku minta keterangan.”
Maka menjawablah salah seorang hulubalang yang dituakan yaitu Kintarejo : ”Aku sangat setuju sekali dengan penjawaban anak kita Raja Pengantin, tetapi kami minta Raja Pengantin sendiri hadir dalam siding musyawarah ini.”
Lalu Raja Pengantin pun dipanggil. Raja Pengantin datang lalu duduk disebelah ayahnya yaitu Agung Tua.
Lalu Keriau Kintarejo berkata : “Hai anak kami Raja Pengantin, menurut pembicaraan Ramau Ratu dimuka musyawarah tadi bahwa engkau tidak mau dicarikan jodoh oleh orang lain, aku puji panggaran atau pendirianmu itu. Aku ingin bertanya tentang kearah mana kita akan pergi?”
Lalu dengan tangkas Raja Pengantin menjawab : “Kita akan menyisir pantai kearah matahari mati.”
Berkata Keriau Kintarejo : “Anak kami Raja Pengantin, semua kami yang hadir disini ikut kemana engkau akan pergi, apakah sudah ada tujuanmu?”
Raja Pengantin : ”tujuanku memang sudah ada, bahwa menurut mimpiku aku akan mencari Puteri Bulan anak dari Ratu Selebar. Kalau kita berjalan menyisir pantai, menurut mimpiku tidak akan keliru. Dalam mimpiku ada tanda-tandanya. Sebelum aku mengiringkan putri anak Ramau Ratu Selebar itu, aku tetap belum kembali atau tidak akan kembali.”
Menjawab Keriau Kintarejo : “kalau begitu pendirianmu setapak tidak akan kami munduri. Nah Raja Pengantin hingga itulah dahulu pembicaraan kepadamu. Kepada junjungan kami Ramau Ratu Agung Tua, menurut panggaran atau pendirian Raja Pengantin kita telah sama-sama mendengar dan kepada kawan-kawanku sekalian apakah betul-betul kita semua akan turut Raja Pengantin? Kalau begitu keras pendirian Raja Pengantin marilah kita berendam sama basah dipanggang sama mutung, biar kami tidak disuruh kami tetap turut kemana Raja Pengantin pergi.”
Maka selesailah musyawarah itu. Setelah sampai masanya semua yang berjanjipun berkumpul di dusun Kutau Johor akan meneruskan tujuan Raja Pengantin. Akhirnya sampailah waktunya akan berangkat, bukan saja orang-orang yang berjanji tempo hari akan ikut, tetapi yang tidak dalam sidang mau turut pula rombongan Raja Pengantin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar